Sabtu, 09 Oktober 2010

PENGALAMATAN, RANGE NETWORK, HOST ID, Subnet mask

PENGALAMATAN


 

Pengalamatan adalah Identitas yang digunakan untuk menunjukan lokasi suatu terminal (bisa pengirim atau penerima)

Di dalam layer OSI 

Dalam Network digunakan untuk mengatur pengalamatan logika

Dalam Data link digunakan untuk mengatur pengalamatan fisik

 
 

Pengelamatan fisik 

Contoh:Format 00-26-82-53-C6-7C

Fungsinya

Kode vender (biasanya 2 atau 3 digit didepan)

Kode produk (biasanya 3 digit dibelakang

Penjelasan diatas: 1-2 (kode Broadcom)

                          3 (pabrik Broadcom)

                          4(jenis produk yang dibuat)

                          5-6 (ID produk tersebut)

Ip address V4 
 
IP Address merupakan pengenal yang digunakan umtuk memberi alamat pada tiap-tiap komputer dalam jaringan. Format IP address adalah bilangan 32 bit yang tiap 8 bitnya dipisahkan oleh tanda titik. Adapun format IP Address dapat berupa bentuk 'biner' (xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx dengan x merupakan bilangan biner). Atau dengan bentuk empat bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh titik bentuk ini dikenal dengan 'dotted decimal' (xxx.xxx.xxx.xxx adapun xxx merupakan nilai dari satu oktet/delapan bit).

Sebelumnya dikenal cara-cara pembagian IP Address, dimana IP address (yang berjumlah sekitar 4 milyar) dibagi kedalam lima kelas yakni:

Kelas A
Format : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama : 0
Panjang NetID : 8 bit
Panjang HostID : 24 bit
Byte pertama : 0-127
Jumlah : 126 Kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
Jumlah IP : 16.777.214 IP Address pada setiap Kelas A
Dekripsi : Diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang besar

Kelas B
Format : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama : 10
Panjang NetID : 16 bit
Panjang HostID : 16 bit
Byte pertama : 128-191
Jumlah : 16.384 Kelas B
Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx
Jumlah IP : 65.532 IP Address pada setiap Kelas B
Deskripsi : Dialokasikan untuk jaringan besar dan sedang


Kelas C
Format : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
Bit pertama : 110
Panjang NetID : 24 bit
Panjang HostID : 8 bit
Byte pertama : 192-223
Jumlah : 2.097.152 Kelas C
Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 223.255.255.xxx
Jumlah IP : 254 IP Address pada setiap Kelas C
Deskripsi : Digunakan untuk jaringan berukuran kecil

Kelas D
Format : 1110mmmm.mmmmmmm. mmmmmmm. mmmmmmm
Bit pertama : 1110
Bit multicast : 28 bit
Byte inisial : 224-247
Deskripsi : Kelas D digunakan untuk keperluan IP multicasting (RFC 1112)

Kelas E
Format : 1111rrrr.rrrrrrrr. rrrrrrrr. rrrrrrrr
Bit pertama : 1111
Bit cadangan : 28 bit
Byte inisial : 248-255
Deskripsi : Kelas E dicadangkan untuk keperluan eksperimental.

 
 

Sumber:"TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN"

 
 

RANGE NETWORK


 

             Sebuah network dalam realisasinya terdiri atas tiga komponen alamat. Yaitu Network Address, Available Address/Useable Address, dan Broadcast Address. Network Address dan Broadcast Address tidak dapat digunakan sebagai alamat pada host. Hal ini dikarenakan keduanya mewakili network secara keseluruhan dalam komunikasinya. Network Address mewakili network ketika penerimaan paket data. Apabila paket data dikirimkan ke alamat ini maka asumsinya paket data ini dikirimkan ke seluruh network, bukan hanya ke satu host saja. Adapun Broadcast Address mewakili network ketika pengiriman paket data. Jika paket data dikirimkan dari alamat ini, host penerima akan mendeteksi bahwa pengirimnya bukan satu host, melainkan dari satu network. Kedua alamat ini tidak dapat diberikan pada host (seperti ditulis pada sub bab sebelumnya mengenai address khusus). Kalaupun dipaksakan untuk diberikan maka system akan menolak untuk menerapkannya. Adapun Avaliable Address adalah sekumpulan Alamat IP yang dapat diterapkan sebagai alamat host.

 
 

            Dalam penulisannya Alamat IP menggunakan Dotted Decimal, akan tetapi proses pada formulanya menggunakan system bilangan biner. Karenanya untuk dapat menyelesaikan formula network, sebelumnya dotted decimal harus dikonversikan ke biner pada setiap segmennya.

            Untuk dapt menentukan kapasitas sebuah network, formula yang dapat digunakan adalah:

a.     Network Address: "And"kan antara Alamat IP dengan bit dari masking yang digunakan.

b.     Broadcast Address: [Segmen yang mengandung bit host (0) pada Network + jumlah host] -1.

·            Network address merupakan angka yang didapat dari formula sebelumnya

·            Jumlah host didapat dari perpangkatan dua untuk bit host pada masking.

Contoh untuk masking:

255.255.255.0 (dotted decimal) jika dikonversikan pada binary, akan menjadi 11111111.11111111.11111111.00000000, disana terlihat jumlah bit host (angka '0") angka sejumlah 8 buah maka jumlah host pada network yang bersangkutan adalah =256 Alamat IP untuk host.

c.     Available Address dimulai dari satu alamat IP setelah network address sampai satu address sebelum broadcast address

Contoh Kasus:

            Untuk menentukan range network dari alamat IP 10.10.10.1 masking 255.255.255.0 adalah:

            Sebelumnya konversikan dulu dotted decimal menjadi binary:

            Alamat IP 10.10.10.1 = 00001010.00001010.00001010.00000001

            Masking 255.255.255.0 = 11111111.11111111.11111111.00000000

 
 

·         Network Address

00001010.00001010.00001010.00000001

11111111.11111111.11111111.00000000 and

00001010.00001010.00001010.00000000

 
 

Hasil binary diatas apabila dikonversi ke dotted decimal, akan menjadi 10.10.10.0 jadi netwaork addressnya adalah 10.1010.0

·         Broadcast Address

[0 +) – 1 = [0 + 256) – 1 = 255

Jadi broadcast addressnya adalah 10.10.10.255.

·         Available Address = 10.10.10.1 s/d 10.10.10.254

 
 

 
 

Sehingga sebuah network setelah menjalani proses subneting akan menjadi beberapa subnetwork yang range-nya lebih kecil.

Subneting dilakukan dengan beberapa alas an, diantaranya:

1)      Menghemat penggunaan alamat IP, terutama public.

2)      Mengurangi tingkat kongesti (kemacetan) komunikasi data didalam jaringan.

3)      Mengatasi perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network

4)      Memecah Broadcast Domain.

 
 

Adapun proses dari subneting dapat dilakukan dengan cara memindahkan atau menggeser garis pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu alamat IP (yang difungsikan oleh masking). Beberapa bit dari bagian host-ID dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network-ID.Network Address pada satu jaringan tunggal dipecah menjadi beberapa subnetwork tentunya dengan range yang lebih kecil.

 
 

Proses subneting dapat membuat sejumlah network tambahan dengan mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut sehingga akan menjadikan beberapa host yang tadinya berada dalam satu network, bias jadi setela dilakukan proses subneting akan menjadi berbeda network sehingga untuk mengkoneksikannya diperlukan bantuandari fungsi router. Penyelesaian yang menghendaki proses subneting dapat dilakukan dengan beberapa lagkah.

 
 

Contoh:

 
 

Network 222.168.0.0/24 dapat didefinisikan mempunyai range network mulai dari 222.168.0.0 s/d 222.168.0.255, dengan available address sebanyak 254 buah.

d.     Tentukan range network awal.

e.     Tentukan range network setiap subnetwork (dengan menentukan masking untuk tiap subnetwork, ditentukan dengan cara  dengan n adalah jumlah bit host).

f.        Urutkan prioritas pemberian alokasi alamat IP dari subnetwork yang range-nya lebih luas.

g.     Berikan alokasi alamat IP berdasarkan prioritas

 
 

Dari netwo;rk di atas Network 222.168.0.0/24 apabila akan dibagi menjadi 4 subnetwork maka untuk menentukan range network untuk setiap subnetwork dapat diselesaikan dengan solusi:

·         Menentukan range setiaip subnetwork: [256]/4 = 64

·         Jadi panjang setiap subnetwork adalah 64 alamat IP, atau dapat menggunakan masking /26.

·         Tentukan range setiap subnetwork.

 
 

·         Subnetwork 1. 222.168.0.0/26 – 222.168.0.63/26

·         Subnetwork 2. 222.168.0.64/26 – 222.168.0.127/26

·         Subnetwork 3. 222.168.0.128/26 – 222.168.0.191/26

·         Subnetwork 4. 222.168.0.192/26 – 222.168.0.255/26

 
 

Untuk lebih jelas lagi, contoh kedua adalah proses subneting yan menginginkan subnetwork dengan lingkup 9range) ny bervariasi antara satu subnetwork dengan subnetwork lainnya.

Contohnya dari network 192.168.0.0/24 akan dibuat distribusi alamat untuk beberapa subnetwork dengan rincian sebagai berikut.

Network a. terdiri atas 5 pc

Network b. terdiri atas 15 pc

Network c. terdiri atas 25 pc

Network d. terdiri atas 35 pc

 
 

            Solusi untuk menentukan range setiap subnetwork

·         Tentukan identitas/range network awal:

/24 = 256 alamat IP (192.168.0.0 – 192.168.0.255)

·         Tentukan range network setiap subnetwork (dengan cara menentukan masking untuk tiap subnetwork, ditentukan dengan cara , dengan n adalah bit host

·         Network a. terdiri atas 5pc             5+2=7 (jumlah pc+2 (network address dan broadcast address)) dibulatkan ke perpangkatan 2 selanjutnya, yaitu 8 (masking = /29).

·         Network b. terdiri atas 15pc     15+2=17 (jumlah pc+2 (network address dan broadcast address)) dibulatkan ke perpangkatan 2 selanjutnya, yaitu 32 (masking = /27).

·         Network c. terdiri atas 25pc        25+2=27 (jumlah pc+2 (network address dan broadcast address)) dibulatkan ke perpangkatan 2 selanjutnya, yaitu 32 (masking = /29).

·         Network a. terdiri atas 35pc    35+2=37 (jumlah pc+2 (network address dan broadcast address)) dibulatkan ke perpangkatan 2 selanjutnya, yaitu 64 (masking = /26).

 
 

Urutkan prioritas pemberian alokasi Alamat IP dari subnetwork yang range-nya lebih luas urutan subnetwork:D- C- B- A.

 
 

·               Subnetwork D:222.168.0.0/26 – 222.168.0.63/26

·                 Subnetwork C:222.168.0.64/27 – 222.168.0.95/26

·                 Subnetwork B:222.168.0.96/26 – 222.168.0.127/26

·                 Subnetwork A:222.168.0.128/26 – 222.168.0.191/26

                 
 

                  Alamat IP yang belum teralokasikan: 222.168.0.192 sampai dengan 222.168.0.255. Alamat IP yang belum teralokasikan ini dapat disubnetingkan lagi, dengan syarat range subnetwork yang dibuat selanjutnya tidak lebih besar dari subnetwork terkecil sebelumnya.


 

Sumber:"Teknik Komputer dan Jaringan"

         
 

Subnet mask

Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.

RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:

  • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
  • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.

Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask
default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node
TCP/IP.

Representasi Subnet Mask

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:

  • Notasi Desimal Bertitik
  • Notasi Panjang Prefiks Jaringan

Desimal Bertitik

Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.

Subnet mask
default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:

<alamat IP www.xxx.yyy.zzz>, <subnet mask www.xxx.yyy.zzz>

Kelas alamat

Subnet mask (biner)

Subnet mask (desimal)

Kelas A

11111111.00000000.00000000.00000000

255.0.0.0

Kelas B

11111111.11111111.00000000.00000000

255.255.0.0

Kelas C

11111111.11111111.11111111.00000000

255.255.255.0

Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:

138.96.58.0, 255.255.255.0

Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask

Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:

/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>

Kelas alamat

Subnet mask (biner)

Subnet mask (desimal)

Prefix Length

Kelas A

11111111.00000000.00000000.00000000

255.0.0.0

/8

Kelas B

11111111.11111111.00000000.00000000

255.255.0.0

/16

Kelas C

11111111.11111111.11111111.00000000

255.255.255.0

/24

Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.

Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.

Menentukan alamat Network Identifier

Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.

Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.

Contoh:

Alamat IP    10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)

Subnet Mask  11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)

------------------------------------------------------------------

Network ID   10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)

Tabel Pembuatan subnet

Subnetting Alamat IP kelas A

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.

Jumlah subnet
(segmen jaringan)

Jumlah subnet bit

Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks)

Jumlah host tiap subnet

1-2

1

255.128.0.0 atau /9

8388606

3-4

2

255.192.0.0 atau /10

4194302

5-8

3

255.224.0.0 atau /11

2097150

9-16

4

255.240.0.0 atau /12

1048574

17-32

5

255.248.0.0 atau /13

524286

33-64

6

255.252.0.0 atau /14

262142

65-128

7

255.254.0.0 atau /15

131070

129-256

8

255.255.0.0 atau /16

65534

257-512

9

255.255.128.0 atau /17

32766

513-1024

10

255.255.192.0 atau /18

16382

1025-2048

11

255.255.224.0 atau /19

8190

2049-4096

12

255.255.240.0 atau /20

4094

4097-8192

13

255.255.248.0 atau /21

2046

8193-16384

14

255.255.252.0 atau /22

1022

16385-32768

15

255.255.254.0 atau /23

510

32769-65536

16

255.255.255.0 atau /24

254

65537-131072

17

255.255.255.128 atau /25

126

131073-262144

18

255.255.255.192 atau /26

62

262145-524288

19

255.255.255.224 atau /27

30

524289-1048576

20

255.255.255.240 atau /28

14

1048577-2097152

21

255.255.255.248 atau /29

6

2097153-4194304

22

255.255.255.252 atau /30

2

Subnetting Alamat IP kelas B

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.

Jumlah subnet/
segmen jaringan

Jumlah subnet bit

Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks)

Jumlah host tiap subnet

1-2

1

255.255.128.0 atau /17

32766

3-4

2

255.255.192.0 atau /18

16382

5-8

3

255.255.224.0 atau /19

8190

9-16

4

255.255.240.0 atau /20

4094

17-32

5

255.255.248.0 atau /21

2046

33-64

6

255.255.252.0 atau /22

1022

65-128

7

255.255.254.0 atau /23

510

129-256

8

255.255.255.0 atau /24

254

257-512

9

255.255.255.128 atau /25

126

513-1024

10

255.255.255.192 atau /26

62

1025-2048

11

255.255.255.224 atau /27

30

2049-4096

12

255.255.255.240 atau /28

14

4097-8192

13

255.255.255.248 atau /29

6

8193-16384

14

255.255.255.252 atau /30

2

Subnetting Alamat IP kelas C

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.

Jumlah subnet
(segmen jaringan)

Jumlah subnet bit

Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks)

Jumlah host tiap subnet

1-2

1

255.255.255.128 atau /25

126

3-4

2

255.255.255.192 atau /26

62

5-8

3

255.255.255.224 atau /27

30

9-16

4

255.255.255.240 atau /28

14

17-32

5

255.255.255.248 atau /29

6

33-64

6

255.255.255.252 atau /30

2

Variable-length Subnetting

Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.

Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).

Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.

Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.

Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.

Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Subnet_mask

HOST ID

Host ID adalah byte setelah byte-byte dari Network ID pada sebuah alamat network, yang menunjukkan host itu sendiri. Misal:

Untuk IP address Kelas A IP address kelas A terdiri dari 8 bit untuk network ID dan sisanya 24 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas A digunakan untuk jaringan dengan jumlah host sangat besar. Pada bit pertama berikan angka 0 sampai dengan 127.

Karakteristik IP Kelas A Format : 0NNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH.HHHHHHHH Bit Pertama : 0 NetworkID : 8 bit HostID : 24 bit Bit Pertama : 0 -127 Jumlah : 126 (untuk 0 dan 127 dicadangkan) Range IP : 1.x.x.x – 126.x.x.x Jumlah IP : 16.777.214 Misalnya IP address 120.31.45.18 maka Network ID = 120 HostID = 31.45.18 Jadi IP di atas mempunyai host dengan nomor 31.45.18 pada jaringan 120

Untuk IP address Kelas B IP address kelas B terdiri dari 16 bit untuk network ID dan sisanya 16 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas B digunakan untuk jaringan dengan jumlah host tidak terlalu besar. Pada 2 bit pertama berikan angka 10 sehingga bit awal IP tersebut mulai dari 128 – 191.

Karakteristik IP Kelas B Format : 10NNNNNN..NNNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH Bit Pertama : 10 NetworkID : 16 bit HostID : 16 bit Bit Pertama : 128 -191 Jumlah : 16.384 Range IP : 128.1.x.x – 191.155.x.x Jumlah IP : 65.532 Misalnya IP address 150.70.45.18 maka Network ID = 150.70 HostID = 60.56 Jadi IP di atas mempunyai host dengan nomor 60.56 pada jaringan 150.70

Untuk IP address Kelas C IP address kelas C terdiri dari 24 bit untuk network ID dan sisanya 8 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas C digunakan untuk jaringan untuk ukuran kecil. Kelas C biasanya digunakan untuk jaringan Local Area Network atau LAN. Pada 3 bit pertama berikan angka 110 sehingga bit awal IP tersebut mulai dari 192 – 223.

Karakteristik IP Kelas C Format : 110NNNNN.NNNNNNNN.NNNNNNNN.HHHHHHHH Bit Pertama : 110 NetworkID : 24 bit HostID : 8 bit Bit Pertama : 192 - 223 Jumlah : 16.384 Range IP : 192.0.0.x.x – 223.255.255.x.x Jumlah IP : 254 IP Misalnya IP address 192.168.1.1 maka Network ID = 192.168.1 HostID = 1 Jadi IP di atas mempunyai host dengan nomor 1 pada jaringan 192.168.1 Kelas IP address lainnya adalah D dan E, namum kelas IP D dan E tersebut tidak digunakan untuk alokasi IP secara normal namum digunakan untuk IP multicasting dan untuk experimental.

SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Host_ID


 


 

1 komentar: